EkspresNews.com – Harga minyak melompat hampir sebesar 2 persen pada perdagangan Rabu (19/7) setelah laporan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) menunjukkan pengurangan stok yang lebih dalam dari prediksi. Dikutip dari Reuters, Energy Information Administration (EIA) AS menyatakan persediaan minyak turun 4,7 juta barel pada pekan lalu. Angka ini melebihi dugaan analis yang meramal penurunan persediaan minyak sebesar 3,2 juta barel. Selain itu, EIA mengatakan bahwa stok distilasi AS juga menurun 2,1 juta barel dan stok bensin menurun 4,4 juta barel. Sebelumnya, analis memperkirakan bahwa akan ada peningkatan stok distilasi sebesar 1,2 juta batel dan penurunan bensin sebanyak 0,7 juta barel.
Hasilnya, harga minyak Brent menguat US$0,86 ke angka US$49,70 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik US$0,72 ke angka US$47,12 per barel. Penurunan stok ini terjadi meski EIA melaporkan adanya kenaikan produksi minyak AS ke angka 9,43 juta barel per hari, di mana posisi ini merupakan yang tertinggi sejak Juli 2015.
Di samping itu, persediaan minyak dari organisasi negara-negara pengekspor minyak dunia (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) juga terbilang tinggi. Pasalnya, produksi Nigeria dan Libya membayangi upaya pembatasan produksi yang dilakukan oleh organisasi kartel minyak itu.
Adapun, kedua negara tersebut dikecualikan dari kebijakan pemangkasan produksi OPEC dan beberapa negara non-OPEC sebesar 1,8 juta barel per hari. Libya National Oil Corp mengatakan, Libya berharap bisa memproduksi minyak sebesar 1,25 juta barel per hari hingga akhir tahun ini dan bertambah menjadi 1,5 juta barel per hari di akhir 2018 mendatang. (Nisa)