EkspresNews.com – Rencana Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sumatera Barat pada 22 April 2020 esok, justru membuat kekhawatiran Beberapa kalangan dunia usaha kecil nenengah dikota Sawahlunto .
Salah satunya penyedia jasa angkutan khususnya kalangan ojek di Kota Sawahlunto, dimana dalam aturan PSBB, ojek hanya boleh membawa barang tidak boleh mengangkut orang (penumpang).
Sementara pengunjung pasar sendiri tentu akan mengambil alternatif kepasar atau tujuan lain Dengan memanfaatkan kendaraan dirumah mereka, ditambah aturan tidak boleh menumpang menggunakan jasa ojek.
Kondisi ini yang dikeluhkan Dimas (35) salah satu ojek yang biasa mangkal di depan Kantor Balaikota Sawahlunto.
Kepada ekspresnews.com selasa (21/4) mengatakan mereka ( ojek) betul betul dalam kondisi yang serba salah ditengah penanggulangan wabah ini.
“kami yang mencari nafkah dengan mengojek, seperti ‘sudah jatuh tertimpa tangga’. Kami takut covid, tapi kalau diam aja dirumah, keluarga tidak makan” ujarnya.
Apalagi kondisi yang terjadi dimana Ia mengaku sudah mendengar ada berbagai bantuan dari Pemerintah, bahkan sudah ikut terdata, namun sampai saat ini, ia belum menerima sedikitpun. Ia berharap Pemerintah bisa memberikan bantuan sembako atau apapun bentuk bantuan sebelum PSBB diberlakukan, sehingga kebijakan tersebut tidak justru menjadi pembunuh harapan hidup keluarganya.
Dimas mengaku sejak masalah corona merebak, pendapatannya sebagai tukang ojek drastis berkurang. “Dulu sebelum corona, bisa dapat 80 sampai 100 ribu sehari, sekarang 40 ribu paling banyak” ujar pria beranak 2 ini yang khawatir pendapatannya akan mati jika PSBB diberlakukan.
Tono (45) tukang ojek warga Aur Mulyo juga khawatir dengan kebijakan ini. “Tahu ajalah di Sawahlunto ini, ojek hidup dari ngangkut orang. Kalau dilarang angkut orang, gimana mau ngasi nafkah anak istri” ujarnya.
“Sekarang aja, belum PSBB, pendapatan sudah jauh menurun, Rp 30 ribu paling banyak sehari, bahkan pernah cuma dapat 5 ribu sehari” ujarnya dengan nada cemas.
Hal yang sama juga dusampaikan Man Gobet (57 th) , kepala rumah tangga 1 anak yang tergabung dalam organisasi Helm Biru pasar sawahlunto . Dia mengaku sebelum PSBB saja kadang seperempat bahkan setengah hari harus “parkir” di pangkalan ojek.
” ya gimana lagi Mas, dapat 20 ribu saja sudah Alhamdulillah, paling banter saya dapat 40 ribu saja sehari belum lagi dipotong minyak “, ujar Gobet nanar.
Bantuan yang didata melalui kepolisian dengan 600 ribu perbulan sangat menjadi harapan bagi jasa angkutan. Namun sampai saat ini gobet mengaku belum ada perkembangan lanjutan bantuan tersebut melalui helm biru. Yang pasti kami semua disini Helm Biru dan POP di pasar dengan lebih kurang 100 anggota baru sebagian kecil yang terpanggil lagi untuk mengisi blanko lanjutan.
Disamping itu keterbatasan kouta bantuan yang hanya 400 Kouta tentu tudak mampu mengakomodir jumlah pelaku ojek. Solusi dan langkah tepat serta cepat pemerintah diharapkan mampu sedikit memberikan kelegaan pelaku jasa angkutan yang langsung terimbas ponit PSBB untuk tidak boleh membawa penumpang.
Ditengah pendemi covid-19 kita yakin dan percaya Pemerintah tengah berupaya keras mencarikan formula akurat mendampingi aturan aturan yang telah disepakati. Tidak satupun dari elemen masyarakat yang tidak tergerus dari Wabash ini. Kerjasama dan saling mendukung segala upaya dalam pecencegahan ini adalah bentuk kearifan kita sambil melihat peluang yang pas sebagai solusi terbaik. (Ab1)