Buku Adabiah sebagai perintis pendidikan modern di Sumatera Barat adalah sebuah catatan sejarah panjang perguruan dengan menceritakan siapa pendiri Adabiah hingga perjuangannya menjadikan Adabiah sebagai sebuah pendidikan modern. Abdullah Ahmad adalah pendiri sekaligus founding father YSO Adabiah.
EKSPRESNEWS.COM – Perjalanan Adabiah dari masa ke masa tercatat rapi didalam buku Adabiah Perintis Pendidikan Modern Di Sumatera Barat hasil penelitian dari Prof. Phil Gusti Asnan, Dr Nopriyasman, dan Drs Syafrizal yang sudah dipastikan keakuratan dosen-dosen senior tersebut dalam menuliskan kembali catatan sebuah sejarah.
Abdullah Ahmad adalah pendiri Adabiah yang tidak bisa digantikan karena jika digantikan dengan siapapun akan membuat orang-orang tertawa geli. Demikian disampaikan oleh Dr Nopriyasman saat dihubungi untuk dimintai pendapatnya terkait siapa pendiri Adabiah, Jumat 23 Agustus 2024 di Padang.
“Sekiranya semua orang mengetahui siapa pendiri Adabiah, kendati tidak atau belum membaca buku sejarah Adabiah yang kami tuliskan. Sebab Abdullah Ahmad adalah pendiri sekaligus pemikir yang gagasannya disandingkan dengan nama-nama tokoh pemikir bangsa,” tambahnya.
Dikatakannya, walaupun didalam SK KemenkumHAM tahun 2014 hingga sekarang tercatat bahwa pendiri Adabiah Muchlis Muchtar, tentu orang akan tertawa dan yang bersangkutan juga akan ditertawakan. “Muchlis Muchtar meninggal tahun 2013, lalu dia juga alumni Adabiah, jadi tidak masuk akal kalau dia itu pendiri Adabiah. Tak perlu jauh-jauh sampai tahun pendirian Adabiah 1915, Muchlis Muchtar itu lahir 1946,” terangnya.
Pemerhati Pendidikan Sumbar, Andri Chaniago kepada Indonesia Raya mengatakan bahwa persoalan Adabiah itu bisa diselesaikan oleh Pembina Yayasan yang saat ini selalu menepuk dada sebagai pemilik, Bachtiar Chamsyah.
“Bola panas itu ada ditangan Bachtiar Camsyah. Persoalan SK Kemenkumham yang tidak sesuai dengan catatan sejarah, seharusnya Pembina itu mengetahui. Tapi posisinya sekarang, dia itu tidak mau tahu,” ujar Andri saat ditemui dikawasan Patimura Padang.
Andri menjelaskan secara runut, sebab masuknya nama Muchlis Muchtar didalam SK Kemenkumham tidak lain ada peran anaknya yang saat ini menjabat sebagai bendahara YSO. “Buktinya, saat Moulina Muchlis menikahkan anaknya di tanggal yang sama dengan HUT Adabiah ke 109, Bachtiar Camsyah hadir sebagai saksi. Pertanyaan saya, dia datang sebagai perorangan, bawa nama pembina Adabiah, atau karena berpikir yang menikah itu adalah cucu pendiri Adabiah versi SK Kemenkumham 2014 ?” ungkapnya.
Lebih jauh ditekankan oleh Andri, polemik Adabiah ini sudah tersebar kemana-mana oleh pemberitaan Indonesia Raya (afiliasi EkspresNews) dan orang yang diberhentikan oleh Pembina YSO Adabiah. Tapi, menurutnya, sampai saat ia menghadiri pernikahan anak Bendahara Mona dan menyempatkan diri hadir di HUT Adabiah, tak satupun ia berniat untuk memberikan klarifikasi terkait pemberitaan sebelumnya.
“Itu menandakan data yang ditampilkan didalam berita benar adanya. Mau dibantah pakai apa? Sebab semua nyata yang diberitakan. Apalagi tidak ada niat untuk meng-counter pemberitaan serta memanggil 3 mantan pengurus yang ia pecat. Itikat baiknya Bachtiar Chamsyah itu memang sudah tidak ada selain menikmati fasilitas YSO Adabiah saja,” ujarnya berseloroh.
Minangkabau ini salah satu pusat industri otak di Indonesia, kata Andri, seharusnya orang-orang pintar yang ada di susunan YSO Adabiah harusnya berpikir. Nama-nama hebat ada terpajang. Tapi dugaan kolusi dan nepotisme tersirat ada dilingkungan YSO Adabiah.
“Pernah saya dengar, Bachtiar Camsyah datang ke Padang itu dibiayai penuh oleh uang yayasan yang notabene adalah uang pembayar SPP walimurid yang sekolah. Lalu Mona si Bendahara dengan gampangnya menghambur-hamburkan uang untuk kepentingan yang bukan menunjang pendidikan, amburadul sekali. Disatu sisi, ketua pengurus diam tanpa kata, sebab sudah terlena dengan 2 jabatan yang ia pegang,” tegas Andri.
Pada perayaan HUT Adabiah ke 109 Bachtiar Chamsyah turut hadir dalam gelaran agenda tahunan tersebut di Adabiah. Diwaktu yang bersamaan, Bachtiar Chamsyah pun turut menjadi saksi nikah cucu sang pendiri (Muchlis Muchtar) yayasan Adabiah sesuai SK Kemenkumham 2014. Hal ini harus dipertegas oleh yang bersangkutan, kata Andri. “Atas dasar apa, ini yang perlu dijelaskan ke publik. Tentu dugaannya adalah karena kedekatan emosional dan balas budi karena sudah menjadi ketua pembina yayasan. Kalau hemat saya, itu semua semata karena uang dan fasilitas saja. Bachtiar Chamsyah itu sudah tua dan sakit-sakitan, untuk segala jenis persoalan di Adabiah saja tidak mampu ia tuntaskan, tapi kalau sudah terkait acara seperti ini ia mampu hadir, ini yang perlu juga ia perjelas oleh mantan menteri itu,” tandasnya.
“Seperti komentar saya minggu lalu, Bachtiar Chamsyah itu sudah tua dan sakit, kapan lagi dia ada waktu untuk mengurus Adabiah, yang ada malah nantinya menguras dana Adabiah. Disana masih ada yang sehat seperti Prof Fasli Jalal, dan orang-orang hebat lainnya,” tambah Andri menegaskan.
Andri menyesalkan orang-orang yang tidak punya hati nurani berada didalam sebuah lembaga pendidikan. Tidak satu atau dua orang saja, kata Andri, bahkan ada yang sudah pernah terjerat korupsi seperti ketua pembina Bachtiar Chamsyah, lalu ada pengurus yang juga sudah pernah dipecat dari sekolah karena kasus korupsi dan asusila juga.
“Kecintaannya terhadap Adabiah adalah sebuah kemunafikan sebab mereka-mereka menguras habis YSO Adabiah tanpa ampun. Bahkan Adabiah itu bisa dikatakan bangkrut karena ulah beberapa oknum yang ada di Yayasan. Kami mengimbau kepada seluruh alumni yang berpikir positif untuk bersatu dan membenahi krumuk-krumuk ini, bukan alumni yang hanya sekedar bernyanyi-nyanyi ria diruangan perkumpulan alumni,” tegas Andri.
Upaya konfirmasi yang dikirimkan kepada Bachtiar Chamsyah selaku pembina tidak mendapatkan respon karena WA sudah diblokir oleh Bachtiar Chamsyah yang pernah mendapatkan hukuman penjara akibat kasus korupsi saat ia menjabat sebagai Menteri Sosial.
Begitu juga dengan pesan WA yang dikirimkan kepada Moulina Muchlis alias Mona. WA juga diblokir karena tidak ingin keterlibatannya sebagai bendahara yang mengelola keuangan yayasan semaunya saja tidak terbongkar dihadapan publik.
Ketua Pembina Bachtiar Chamsyah saat kegiatan HUT Adabiah ke 109 di aula YSO turut menghadirkan Kepala BNN Provinsi Sumbar untuk memberikan motivasi guna memproteksi narkoba masuk ke lingkungan sekolah. Tapi sayangnya, Bachtiar Chamsyah lupa ada kisruh serius yang sedang menggerogoti YSO Adabiah yang harus ia tuntaskan. Beranikah Bachtiar Chamsyah menyelesaikannya atau memilih diam, bukankah lebih baik mundur saja? Itu cilotehan alumni yang peduli dengan keadaan Adabiah saat ini. Kita tunggu edisi berikutnya. (Tim)