EkspresNews.com – Tiga calon Rektor Unand yang namanya telah diserahkan ke Mentri Riset dan Pendidikan Tinggi masih menunggu kabar kemana 35 persen suara Menteri diberikan. Sehingga sesuai aturan yang ada, peraih suara terbanyak hasil gabungan suara Senat Universitas merupakan rektor terpilih.
Ketua senat akademik Universitas Andalas Prof. Dr. Werry Darta Taifur, SE, MA didampingi ketua pelaksana pemilihan rektor Dr. dr. Eva Decroli, SpPD-KEMD FINASIM mengatakan tahap penyampaian visi dan misi bakal calon Rektor Universitas Andalas dalam sidang terbuka telah usai.
“Selanjutnya dilakukan penilaian dan penetapan tiga calon Rektor oleh Senat Universitas Andalas dalam sidang tertutup 17 Juni 2019 mendatang,” sambungnya.
Tiga nama yang diajukan ke Kemenristekdikti yaitu Prof. Dr. Tafdil Husni, SE, MBA (Ekonomi), Prof. Dr. Yuliandri, MH (Hukum) dan Prof. Dr. Ing. Hairul Abrar (Teknik).
Namun, universitas tertua diluar Pulau Jawa ini menyisakan cerita menarik. Riak-riak pemilihan rektor ini ternyata memunculkan perbedaan pendapat dari Majelis Dosen Muda (MDM) Unand. Tak tanggung-tanggung, mereka menentang pemilihan rektor karena tidak melibatkan dosen dalam tataran pemilihan awal.
“Komentar saya sederhana saja, kembalikan kampus ke ranah intelektual kembali sebab kampus tempat mencetak intelektual dan bukan untuk mencetak kader politik,” ujar Muhammad Yunis selaku koordinator umum MDM Unand, beberapa waktu lalu kepada EkspresNews.
Ia menegaskan sejak dahulu telah melayangkan protes karena tidak sepatutnya pihak kementerian turut campur apalagi sampai memiliki hak suara 35 persen.
“Saya dari dulu sudah protes, banyak cara-cara picik terkait pemilihan rektor ini, lebih parah pemilihan rektor sekarang tidak lagi melibatkan dosen tetapi rektor dipilih oleh senat saja. Ini politik akal-akalan saja karena takut kalah dipenjaringan ditingkat dosen, menteri juga tak layak mengotak atik kampus dan hak suara menteri dalam pemilihan rektor sangat tak layak,” tegas Yunis.
Menurutnya, yang mengetahui kondisi kampus adalah orang kampus itu sendiri. Bukan orang atau pejabat, kata Muhammad Yunis lebih lanjut, yang tahu keadaan Unand saat ini. (Red/Abdi)