Fokus  

Pesan Moral Untuk Bupati Epyardi Asda, Potensi Longsor Bukit Cambai Meresahkan

Adanya pembangunan wisata Cambai Hill di Bukit Cambai, Kenagarian Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok kian meresahkan karena berpotensi longsor yang membahayakan masyarakat nagari. Epyardi Asda sudah tidak peduli ?

EKSPRESNEWS.COM – Dari hasil penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM) jenis tanah pada lokasi wisata Cambai Hill di Bukit Cambai adalah Inceptisols yang merupakan tanah muda dan mulai berkembang. Selain itu, merupakan jenis tanah yang relatif subur sehingga sepatutnya ditanami pepohonan, bukan didirikan bangunan diatasnya.

“Sekiranya ada tim ahli yang bisa memberikan penjelasan kepada Bupati Epyardi Asda saat ia membangun tempat wisata itu. Terlepas dari bagaimana proses tanah ia dapatkan dan kemudian ia kuasai. Tapi minimal ia berpikir logis terkait bahaya longsor yang akan terjadi,” ujar Ramon Firmansyah kepada Indonesia Raya di kawasan Pelabuhan Muaro, Sabtu 17 Agustus 2024 usai pengibaran bendera dikawasan tersebut.

Ia prihatin jika tidak ada kajian awal terhadap tanah puncak Cambai dikawasan Bukit Cambai tersebut. Pasalnya, ia juga telah melakukan penelitian pendahuluan terhadap peta gografis dan jenis tanah hingga kondisi topografi serta kondisi cuaca didaerah tersebut. “Yang pasti disana curah hujan cukup tinggi, walau disaat keadaan kering ya kering, tapi berangin. Hal ini menandakan bahwa tanah disana bukan untuk bangunan, apalagi dikabarkan akan ada hotel bertingkat pula. Ini yang makin aneh jika merujuk pada kondisi tanah di bukit Cambai,” ujar pemerhati sosial pemerintahan tersebut yang kerap disapa Ramon itu.

Ramon mengatakan tidak perlu rasanya diluruskan lagi persoalan siapa dan bagaimana Epyardi Asda bisa mendapatkan tanah disana. Sebab, dikatakannya Tabloid Indonesia Raya telah membuka semua topeng prosesi perampasan hak ulayat nagari Simpang Tanjung Nan Ampek tersebut. “Logika sederhananya begini ya, wisata itu masuk dan menikmatinya berbayar. Tapi kemudian, Epyardi Asda beserta orang-orangnya tidak berpikir keselamatan. Masyarakat dibawah saja tidak ia pikirkan apalagi pengunjung lokasi wisatanya, mana mungkin ia sempat berpikir tentang keselamatan pengunjung,” ungkap Ramon.

Dikatakan aktivis kampus Universitas Andalas itu lebih jauh, potensi dan ancaman longsor di Bukit Cambai sehingga akan berdampak pada hancurnya lokasi wisata Cambai Hill dan kerugian nyawa bagi masyarakat yang ada dibawah adalah sebuah kenyataan yang mungkin ditutup-tutupi oleh Bupati Epyardi Asda,” tegasnya.

Menurutnya, Epyardi Asda tidak memiliki hati nurani terhadap masyarakat terdekatnya itu. Tapi seperti memiliki empati terhadap masyarakat diluar Kabupaten Solok demi mendulang suara untuk pilkada nanti. “Saya perhatikan, Epyardi Asda memang dengan uangnya sendiri memberikan bantuan kepada masyarakat di daerah lain di Sumatera Barat. Tapi lupa, ia telah menzolimi masyarakat Kabupaten Solok dengan ancaman longsor akibat membangun di puncak Cambai,” tukasnya.

Last but not lease, Ramon mengimbau kepada Epyardi Asda yang hampir menghabiskan masa jabatannya sebagai Bupati Kabupaten Solok untuk merenung dan berpikir selayaknya masyarakat bawah. Tidak perlu rasanya Epyardi Asda dan masyarakat saling menarik urat leher. Tapi berdiskusi mencarikan solusinya. “Kalau saya, solusi yang terbaik adalah bongkar saja Cambai Hill itu, lalu dilakukan penelitian Amdalnya, dan posisi tanah dikembalikan kepada masyarakat Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek,” ungkapnya.

Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat nagari Simpang Tanjung Nan Ampek saat ditemui di nagari setempat mengatakan akan terus menempuh semua jalur demi kebaikan bersama. “Bagaimana tidak, tanah kami dirampas, lalu mereka menguasi dengan seenak hati mereka saja. Mereka bangun tanpa perhitungan sehingga yang akan celaka adalah masyarakat dibawah Bukit Cambai,” tegas ninik mamak Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek yang enggan dituliskan namanya itu.

Menurutnya dari tahun 2021 hingga saat ini tidak terhitung berapa kali tanah Bukit Cambai itu mengalami longsor dengan volume sedang. Kendati demikian, longsor tersebut sudah membuat kerugian pada ladang masyarakat yang berada di pinggang bukit dan rumah-rumah warga dikaki bukit. “Selagi Epyardi Asda menjabat dan bergelut dengan aparat hukum. Saya meyakini masyarakat terus akan menjadi korban longsor ini. Apalagi potensi longsor di Bukit Cambai itu tetap ada apalagi disaat curah hujan yang cukup tinggi seperti saat ini,” ujarnya.

Tanah di Bukit Cambai itu adalah tanah jenis Inceptisols yang terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna agak kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-abuan. Tanah ini juga dapat menopang pembentukan hutan yang asri.

Ciri-ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari 25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik. Tanah ini cocok untuk perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit. Serta untuk berbagai lahan perkebunan lainnya seperti karet.

Update Laporan Masyarakat kepada Aspidsus Kejati Sumbar

Laporan masyarakat yang sudah diterima oleh Asisten Tindak Pidana Khusus (Aspidsus) Kejati Sumbar juga sudah didisposisi kepada Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Solok untuk ditindak lanjuti. Saat ini tim Jaksa Pidsus Kejati Sumbar tengah melakukan koordinasi bersama Kajari Solok untuk menentukan proses hukum selanjutnya. “Updatenya seperti itu, saat ini sudah dikirimkan ke Kajari Solok dan dilakukan koordinasi. Saya hari ini sedang cuti, nanti Senin kembali masuk ke kantor,” ujar Hadiman membalas pesan Indonesia Raya, Kamis 16 Agustus 2024.

Akankah Kejaksaan Negeri Solok berani memanggil dan memeriksa Epyardi Asda yang notabene adalah penguasa dan pengusaha di Kabupaten Solok itu demi tegaknya keadilan dan marwah Adhyaksa dimata masyarakat sebagai pembayar pajak? Namun, upaya konfirmasi yang dilakukan kepada Epyardi Asda tidak membuahkan hasil karena Bupati Otewe Sumbar itu sudah memblokir pesan WA Indonesia Raya.

(Tim Red)




Cawako & Cawawako


This will close in 8 seconds