Pertamini Di Tuapeijat Bermain Takaran?

EkspresNews.com – Teknologi pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) secara eceran di masyarakat yang sering disebut Pertamini cukup banyak ditemukan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Selain karena model pengisian BBM di Pertamini mulai diminati masyarakat, peralatannya pun terbilang murah, tangki ukur dan alat pengisian BBM dengan tampilan yang cukup menarik karena menyerupai stasiun Pertamina.

Munculnya teknologi ini memang cukup membantu masyarakat khususnya dalam memenuhi kebutuhan BBM untuk kendaraan. Karena dibanding dengan pengisian manual menggunakan botol, mengisi di Pertamini nampaknya lebih dipercaya dari segi ukuran liter yang digunakan. Untuk harga BBM jenis premium di Pertamini dijual sebesar Rp 9000 setiap liternya.

Namun sayangnya, seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan BBM untuk kendaraan di Kepulauan Mentawai khususnya di Desa Tuapeijat Kecamatan Sipora Utara dan beralihnya pembelian BBM dari eceran menggunakan botol ke Pertamini, hal tersebut dimanfaatkan oleh oknum pemilik pertamini untuk meraup untung yang cukup besar.

Bahkan tak segan, langkah yang diambil pemilik Pertamini malah merugikan masyarakat, hanya demi keuntungan semata. Misalnya seperti yang sekarang diduga dilakukan salah satu pemilik Pertamini di kawasan Km.3 Desa Tuapeijat dan telah viral di media sosial.

Salah satu keluhan yang kini banyak muncul di masyarakat soal pengisian BBM di Pertamini yakni, tidak sesuainya takaran BBM yang dicantumkan dalam tangki indikator dengan jumlah yang diterima kendaraan.

Salah seorang pembeli BBM jenis premium, Noak warga Pogari yang dimintai kererangan mengeluhkan hal tersebut. “Tadi malam saya beli BBM jenis premium di Km.3 itu sebanyak 2 liter, tapi setelah diisi dalam botol minuman mineral ternyata takarannya tidak cukup. Ini sangat merugikan sekali,” keluhnya saat dimintai keterangan Kamis, (5/9/2019).

Hal yang sama juga dikeluhkan Johan salah satu warga Mapaddegat. Ia mengeluhkan takaran yang ada di pertamini memang tidak sesuai takaran. Saat mengalami kejadian tersebut, dirinya lebih memilih membeli BBM jenis premium eceran dalam botolan.

Ia berharap pemerintah dan pihak terkait bisa melakukan pengawasan terhadap takaran BBM di seluruh Pertamini di kawasan Kepulauan Mentawai khususnya di desa Tuapeijat, sebab warga benar-benar merasa dirugikan dengan kebiasaan isi yang tidak sesuai takaran. Bila ini terjadi seterusnya maka ia beranggapan justru semakin menguntungkan oknum yang tidak bertanggung jawab mempermainkan dan memanfaatkan keadaan. (N)