EkspresNews.com – Pembangunan RSUD Bukittinggi diduga kembali mengalami keterlambatan kerja (Deviasi) hingga mencapai 18% lebih pasca diberikannya waktu penyelesaian kontrak kritis (Tes Case) setelah dikeluarkannya Surat Peringatan 1 (SP-1) oleh seluruh direksi pekerjaan.
Hal ini dikatakan oleh pihak PT Artefak Arkindo Junedi selaku Management Konstruksi (MK) pada pekerjaan tersebut, bahwa saat ini masa waktu pekerjaan RSUD Bukittinggi telah memasuki Minggu ke 50, namun perkembangan pekerjaan pasca diberikannya waktu penyelesaian kontrak kritis saat rapat SCM-1 terdahulu, hanya mengalami perkembangan tidak sampai 1% saja.
“Berdasarkan hasil keputusan rapat SCM-1, sekitar tanggal 14 Juni lalu, kita secara bersama-sama telah menyepakati untuk memberikan tes Case kepada pihak Pelaksana Pekerjaan, PT Bangun Kharisma Prima hingga tanggal 21 Juli 2019 ini, namun sepertinya mereka memang tidak bisa mengurangi bobot keterlambatan kerja” katanya.
Menurut Junedi, sebenarnya niat baik perusahaan sudah terlihat beberapa hari terakhir, dengan mendatangkan material-material ke lokasi. Namun dikarenakan material tersebut tidak sesuai dengan tenaga kerja yang ada, tentu hal itu sia-sia karena tidak diimbangi dengan jumlah personel tenaga kerja yang ada.
“Kita sayangkan itu, sebab material mereka sudah berdatangan seperti Besi yang hampir mencapai 200 ton, triplek diameter 9 inchi yang berjumlah 400 lembar, Bata Ringan (Hebel) yang berjumlah hampir 2000 unit, dan Mobil Crane yang berkapasitas 5000 ton yang telah dipersiapkan, namun tidak berimbang dengan jumlah personel tenaga kerja yang mereka datangkan, yang hanya sekitar 58 orang saja, sementara volume pekerjaan struktur yang musti dipacu pelaksananya masih tergolong besar,” jelasnya.
Dikatakan bahwa progres pekerjaan proyek yang bernilai Rp 102 Miliar lebih ini pada akhir Minggu ke 49 tercatat baru memiliki kemajuan kerja sekitar 22,758% dari rencana berdasarkan akumulasi dalam resceduling mereka sekitar 40,930%, menurut Junedi, pihaknya telah mencatat adanya unsur kesengajaan melalaikan pekerjaan yang mereka lakukan, sehingga bobot yang ditentukan sebelumnya tidak terpenuhi.
“Saat ini, pekerjaan yang mesti mereka lakukan adalah pembesian kolom dan balok pada lantai 5 dan 6 gedung C, Pekerjaan Arsitektur pemasangan Hebel pada skat ruangan lantai 1,2 dan 3 serta atap gedung A dan B. Sementara gedung D dan E, mereka baru melakukan pelaksanaan pembalokan dilevel 4.15 yang mana tahap Bekistingnya sudah selesai, tinggal menunggu proses pengecoran betonnya saja. Namun, yang menjadi perhatian kita adalah, personel tenaga kerja yang mereka kirimkan ke lokasi, tidak sesuai dengan banyaknya bobot pekerjaan yang dibutuhkan, sehingga terkesan mereka bermain-main dalam pelaksanaan pekerjaan meskipun sudah tiga kali surat teguran resmi telah kita layangkan kepada mereka,” paparnya.
Junedi juga menambahkan, jika akhir Minggu ke 50 (periode 15 hingga 21 Juli 2019) ini ternyata progres pekerjaan mereka tidak mengalami kemajuan berarti, pihaknya bersama Dinas Kesehatan Bukittinggi dan instansi terkait lainnya akan mengambil langkah tegas untuk mengeluarkan Surat Peringatan lanjutan (SP-2) pada Pekerjaan tersebut.
Sementara itu PT Bangun Kharisma Prima kepada wartawan mengakui bahwa masih berkeinginan untuk melanjutkan pekerjaan meski telah mengalami Deviasi hingga lebih 18%.
“Kita akan tetap berupaya mengejar ketertinggalan bobot pekerjaan tersebut Pak, sesuai waktu yang telah disepakati bersama,” sebut Heri Kurniawan selaku Site Manager PT BKP ketika dihubungi.
Heri mengatakan, bahwa saat ini pihaknya tengah menunggu proses kedatangan personel tenaga kerja yang dijadwalkan akan tiba sekitar Minggu depan.
“Tenaga personel yang kita datangkan tersebut, dibagi dua kelompok yaitu kelompok pekerja Arsitektur dan kelompok pekerja Mekanikal elektrikal (ME) yang berjumlah sekitar 50 orang. Sementara itu, kita juga telah mendatangkan material-material yang dibutuhkan nantinya Pak, dan itu memang kita sengajakan agar kedatangan personel nanti tinggal melaksanakan pekerjaan saja,” katanya.
Persoalan Mekanikal Elektrikal, Heri menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan D.O pada pemesanan 5 unit Lift, yang telah dipesan sebelumnya saat SP-1 dikeluarkan. “Bobot pekerjaan pada pemasangan Lift itu lebih besar dari bobot pekerjaan lainnya, dan inilah yang kita harapkan guna menggenjot keterlambatan kerja yang kita alami Pak. Mudah-mudahan Liftnya bisa kita pasang secepatnya, sehingga kita dapat menunjukkan keseriusan kita dalam melaksanakan pekerjaan ini,” ungkapnya mengakhiri. (Jhon)