Mempertemukan Buku dan Cerita di Padang Book Party

Dokumentasi Padang Book Party

PADANG, EKSPRESNEWS.COM – Minggu sore itu, rumput-rumput hijau di Lapangan Imam Bonjol sedang ditimpa sinar matahari yang sudah sangat condong ke barat. Lapangan yang pada masa Hindia Belanda bernama Plein van Rome itu pernah menjadi lokasi Mohammad Hatta bermain bola kaki bersama rekan-rekan kulit putih maupun pribumi.

Tidak sampai 1 km dari sana, berdirilah sekolah sang proklamator, kini bernama SMP Negeri 1 Padang. Mohammad Hatta punya hobi lain yang tidak bisa ia tinggalkan, walau dalam penjara sekalipun: membaca. “Dengan buku aku bebas,” begitu kata pria kelahiran Bukittinggi 1902 itu.

Di lapangan yang sama tempat Hatta bermain bola itulah, kerumunan yang kebanyakan diisi pemuda-pemudi yang lahir seabad setelah Bung Hatta tengah menceritakan bacaan-bacaan mereka. Setidaknya satu orang membawa satu buku. Perkumpulan itu bernama “Padang Book Party”. Gerakan ini muncul tidak lama setelah tercetusnya “Jakarta Book Party” di ibukota nun jauh di Pulau Jawa sana.

Menurut cerita lampau, Padang dan Sumatera Barat (Sumbar) akrab dengan apa yang sering disebut sebagai “iklim literasi”. Para penulis terkenal yang tercatat dalam sejarah Indonesia muncul dari sini. Mulai dari angkatan Balai Pustaka tahun 1920-an yang dekat dengan latar zaman kolonial Belanda hingga sastrawan cum agamawan Buya Hamka. Roehana Kudus pun menggagas surat kabar “Soenting Melajoe” dari Padang pada 1912. Belum lagi mereka yang muncul setelah tokoh-tokoh tua itu.

Di Padang pula, toko-toko buku timbul tenggelam. Ada yang tak lagi terdengar kabarnya gara-gara mendapat ancaman karena ketahuan menyimpan buku yang dianggap terlarang. Banyak juga yang tutup karena kalah oleh ekonomi. Yang terus bertahan adalah sebuah toko buku besar dalam gurita bisnis konglomerat. Namun, selalu ada anak-anak muda yang nekad membuka lapak baca maupun perpustakaan jalanan untuk berbagi bacaan atau semata untuk bersenang-senang kongkow dengan teman-teman.

Afwan, Pattrick, dan Dhonni adalah sebagian di antara anak-anak muda itu. “Sebenarnya kami sudah membuat kumpul-kumpul bersama buku seperti ini sebelum adanya Jakarta Book Party. Karena di Jakarta sudah duluan pakai nama ‘Book Party’, kita pun terpikir untuk membuatnya juga di Padang, makanya kita langsung tanyakan sama kawan-kawan di Jakarta,” ungkap Dhonni yang tengah  berjuang sebagai mahasiswa sejarah di sebuah kampus negeri.

Merangkul Semua Kalangan

Di Padang Book Party, semua tipe pembaca berkumpul. Laki-laki maupun perempuan. Yang berjilbab terhampar hingga ke dada maupun mereka yang bercelana jeans robek-robek. Mereka yang merokok umumnya berusaha duduk lebih ke pinggir, berharap asap yang mereka timbulkan terserap kembali oleh pepohonan.

Kegiatan perkumpulan itu bermula dengan membaca dalam jangka waktu sekitar sejam. Sisanya, mereka diskusi dalam lingkaran-lingkaran kecil berisikan 5 hingga 7 orang. Pada mulanya, yang datang ke Padang Book Party hanya belasan orang. Seiring berjalannya waktu, 20 hingga 30-an berkumpul setiap hari Minggu. Dalam suatu pertemuan bahkan pernah mencapai 40 orang, mulai dari anak SMA hingga orang-orang yang sudah berumah tangga.

Buku-buku yang mereka bahas pun beragam, tanpa batasan. Mulai dari buku motivasi atau self improvement, buku tentang bisnis, sejarah, novel, filsafat, hingga agama. Menurut para penggagas Padang Book Party, ada satu semangat yang hendak mereka jaga dalam kebebasan memilih buku tersebut. Bahwa setiap orang berhak menunjukkan kecintaan dan pemahaman mereka terhadap bacaan apa pun.

“Tujuan kita untuk meningkatkan iklim literasi di kalangan anak muda Padang dan Sumatera Barat. Makanya kita memberi kebebasan membaca apa pun. Bahkan target kita bukan hanya mengumpulkan banyak pembaca, tapi juga bagaimana memunculkan penulis-penulis baru,” ungkap pemuda asal Pasaman Barat itu.

Bagi Dhonni, Pattrick, dan Afwan kegiatan membaca dan menulis semestinya menjadi suatu kesatuan dalam ekosistem atau lingkungan literasi di Padang. Oleh karena itulah dalam tahun ini mereka juga hendak menghadirkan perkumpulan untuk mereka yang ingin menulis.

“Harapan kami muncul banyak penulis baru di Kota Padang, yang semoga juga akan berkegiatan di Kota Padang dan turut mengembangkan lingkungan baca di sini,” harapnya. (Daffa)




Cawako & Cawawako


This will close in 8 seconds