EkspresNews.com – Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menilai industri penerbangan di Indonesia kental akan praktek duopoli. Kondisi tersebut memicu harga tiket pesawat melambung tinggi.
Pengamat persaingan usaha, Syarkawi Rauf mengamini penilaian Darmin. Menurut Syarkawi yang terjadi di Indonesia industri penerbangan dikuasai dua pemain besar Garuda Indonesia dan Lion Air
“Kalau diliat dari sisi penguasaan pasar, industri penerbangan kita memang dikuasai dua grup besar, yaitu Garuda Group dan Lion Group. Dua grup ini lah yang kuasai industri penerbangan kita,” ujar Syarkawi yang dilansir detik, akhir pekan lalu. “Karena hanya ada dua pemain besar yang kuasai pasar, maka disebut duopoli,” tegasnya.
Syarkawi menilai kondisi ini tidak baik untuk konsumen. Terlebih lagi praktik penguasaan pasar ini membuat perkembangan industri penerbangan menjadi lambat.
“Hal itu (duopoli) nggak bagus buat konsumen dan juga persaingan serta perkembangan di dunia usaha industri ini,” kata Syarkawi yang juga mantan Ketua KPPU itu.
Selain itu, industri penerbangan Indonesia cukup besar pasarnya. Dengan pasar yang besar seharusnya bisa digarap banyak operator sehingga tercipta persaingan yang sehat.
“Pasarnya ini besar, tahun 2000-an itu industri penerbangan kurang dari satu juta penumpang, lalu tahun 2004 – 2005 mulai eksis banyak pemain di situ penumpang pun meningkat dari satu juta jadi 10 juta,” terang Syarkawi.
“Sekarang setelah sekian tahun, tumbuh jumlah penumpang pesawat hingga 110 juta orang tiap tahun. Artinya ini ada pertumbuhan pasar dan konsumen yang signifikan dan ini tidak diimbangi dengan jumlah operator, kita butuh pemain baru,” sambung Syarkawi.
Dia menambahkan dengan penambahan operator dapat membuat industri penerbangan persaingannya sehat kembali. Dengan persaingan sehat, maka setiap operator akan berlomba memberikan yang terbaik untuk konsumen.
“Pak Jokowi beberapa hari lalu buat statement bahwa diperlukan pemain baru ke industri ini, termasuk pemain asing, saya kira itu ide yang bagus. Ini bisa tambahkan kursi di pasar, sehingga persaingan penerbangan bisa lebih sehat,” tutur Syarkawi. (Edward/dtc)