EkspresNews.com – Dalam rangka memperingati 20 tahun reformasi yang ditandai dengan turunnya Soeharto, 21 Mei 1998, Mahasiswa Sumbar menggelar Panggung Seni bertemakan Refleksi 20 Tahun Reformasi yang dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2018 bertempat di Tugu Gempa Padang.
Panggung seni yang diselenggarakan berisikan kegiatan-kegiatan seperti, akustikan, performance art, pembacaan puisi, pembagian leaflet dan live mural yang bernuansakan tentang permasalahan-permasalahan selama orde baru, hingga pasca reformasi pecah.
Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan evaluasi terhadap pemerintah, mahasiswa, serta rakyat dari cita-cita reformasi yang sampai saat ini belum terwujud. Hal ini dilihat dari kondisi Negara Indonesia pasca reformasi yang nyaris tak ada bedanya dengan orde baru.
Pelanggaran-Pelanggaran seperti korupsi, kolusi dan nepotisme, pelanggaran HAM, kebebasan berekspresi yang dikekang, aparat rasa orba, konflik agraria, dan penegakkan supremasi hukum yang masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas masih tetap terjadi.
Menurut Abdi selaku kordinator lapangan mengatakan “20 tahun pasca reformasi, berdasarkan hasil analisa dan diskusi bersama, masih ditemukan pelanggaran-pelanggaran di zaman orde baru, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya perubahan-perubahan pasca era reformasi bedasarkan cita-cita reformasi tersebut, hal ini menjadikan reformasi sebagai senjata makan tuan terhadap masyarakat yang mengharapkan indonesia yang lebih baik pasca reformasi”.
Dalam kegiatan refleksi 20 tahun reformasi ini menurut Abdi lebih menitik beratkan kepada permasalahan-permasalahn regional di sumatera barat. Seperti permasalahan pembangunan proyek Geothermal di Salingka Gunung Talang, Kab. Solok.
Abdi mengatakan ” dalam pembangunan proyek geothermal yang mendapat penolakkan dari masyarakat setempat karena dinilai merugikan lahan pertanian masyarakat tetap dipaksakan oleh pemerintah hingga lahir kekerasan-kekerasan serta penindasan dari aparat keamanan yang mestinya melindungi segenap rakyat Indonesia”. Hal ini menunjukkan bahwasanya pelanggaran semacam itu yang telah terjadi pada orde baru namun tetap terjadi hingga sekarang pasca reformasi.
Dari kegiatan refleksi 20 tahun reformasi tersebut, mendapat sambutan baik dari masyarakat terkhususnya mahasiswa di Kota Padang. Ini terbukti dari ramainya penonton yang menyaksikan kegiatan tersebut.
Menurut andina selaku mahasiswa kota padang yang menyaksikan kegiatan tersebut “kegiatan refleksi 20 tahun reformasi ini sangat positif sekali, dimana dari kegiatan ini mengingatkan kita kembali kepada cita-cita reformasi yang sampai saat ini belum tercapai. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada zaman orde baru masih tetap terjadi pada pasca reformasi tak hanya di lingkup nasional, namun di tingkat regional seperti salah satu isu yang diusung dari kegiatan ini yaitu proyek geothermal di kab.Solok”.
Selain itu andina juga berpesan bahwasanya “kegiatan refleksi 20 tahun reformasi ini tidak hanya menjadi ceremonial setiap 21 Mei, tetapi ini menjadi cita-cita bersama untuk kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehingga Indonesia menjadi lebih baik.”
Kegiatan refleksi 20 tahun demokrasi yang diusung oleh sekumpulan anak muda ini selayaknya mendapat dukungan penuh dari setiap element masyarakat, mengingat cita-cita reformasi mengusung adanya demokrasi yang lebih bersih. Dan dari kegiatan ini menjadi evaluasi untuk kita bersama bahwasanya masih ada permasalah-permasalahan dalam negeri yang mesti kita selesaikan. (Rel)