OPINI, EKSPRESNEWS.COM – Miris, itu ungkapan saya melihat postingan dosen saya yang menghadiri kedatangan menteri Sandi baru-baru ini. Dalam siaran langsung salah satu akun media sosial instagram terlihat keramaian hingga kerumunan terjadi. Dengan bangga mempersembahkan penghargaan desa, duh, saya malas melihat penghargaan apa namanya.

Pokok pikir saya cuma simpel saja. Kumpul-kumpul pejabat pusat dan daerah hingga pegiat wisata demi menghidupkan lagi wisata daerah menjadi blender, ops salah, blunder. Mereka nongkrong berbagi cerita dan menyebabkan kerumunan. Nah ini titik kritik saya.
Sebelumnya, bicara percaya atau tidak akan covid, pagi Sabtu 28 Agustus 2021, saya mendapat kabar bahwa Wakil Gubernur Sumbar periode 2016-2021 Nasrul Abit meninggal dunia karena Covid. Saya dulu juga merasakan virus ini ada, termasuk istri saya juga. Jadi, sampai disini, saya percaya covid.
Tapi, lucu bagi saya ketika mereka teriak covid jaga jarak tingkatkan imun prokes ketat tapi dilanggar sendiri. Awalnya saya mengomentari postingan IG dosen saya itu, tapi dihapus dan saya di unfollow. Kerenkan ya.
Lagi-lagi, saya berujar miris. Rakyat jualan lontong malam dibubarkan. Padahal mereka hanya mencari serebu dua rebu untuk makan keluarga mereka. Lantas, ketika ada pejabat negara datang, berkerumun nongkrong dengan prokes lengkap. Nah ini munafik sih jika saya boleh mengumpat. Tolong lah, mikir dua kali. Rakyat menjerit, terjepit ekonomi karena pinjol, sedangkan anda digaji enak udah kaya.
Pelan-pelan Allah SWT pemilik alam semesta akan memperlihatkan semua dengan jelas. Pertanggungjawab ini semua akan ditagih juga nanti di akhirat. Termasuk tulisan saya ini.
Tolong, tolong, sekali lagi tolong bagi anda-anda yang berkuasa dan berpendidikan tinggi. Cobalah rasakan penderitaan rakyat dibawah. Mau anda hapus komen saya, anda unfollow saya, itu tak jadi soal bagi saya. Teman saya berkata serupa ini, jangan gadaikan idealis anda hanya karena prestise sesaat dekat dengan pejabat. Cobalah renungkan sebentar.
Bahasa kampung saya, inok inok kan lah sabanta, kok iyo salah, diubah se salayang. Wassalam.
Abdi Masa – Wartawan Utama