PADANG, EKSPRESNEWS.COM – Pada hari Kamis, 2 November 2023, SMA Pertiwi 2 Padang mendapatkan giliran dikunjungi tim Peradi Goes to School (PGtS) DPC Peradi Padang. Kegiatan PGtS Seri ke 29 yang diikuti sekitar 100 orang siswa-siswi ini digelar di lantai 2 SMA Pertiwi 2 Padang di Jl. Bandar Belakang Tangsi No. 14 Padang.
Ruangan di lantai 2 tempat kegiatan riuh dengan canda dan tawa siswa-siswi di sela-sela kegiatan ketika simulasi pelanggaran hukum dipertunjukkan.
Dua orang peserta diminta maju ke depan oleh pamateri Miko Kamal untuk saling memberi nasihat dan menerima masukan atas pelanggaran hukum yang mereka lakukan.
“Kak Wulan. Kita pernah sama-sama buang sampah sembarang. Mari kita berjanji untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat lagi ya Kak Wulan,” ujar Abi kepada seniornya Wulan kelas 11 IPA.
“Iya Abi. Terimakasih Abi sudah menasihati kak Wulan. Kakak berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Kamu juga ya. Jangan buang sembarangan lagi juga ya,” balas Wulan.
Langsung saja ruangan itu semakin riuh. Di antara mereka ada yang berujar: “Cie cie Abi Ummi.”
PGtS Seri 29 dibuka secara resmi oleh kepala sekolah Syafril, S.Ag. Dalam sambutannya, Syafril menyampaikan: “Kita sengaja mengalihkan proses belajar mengajar ke ruangan ini untuk mendapatkan pencerahan hukum. Baik berhubungan dengan lalu lintas, kepedulian terhadap lingkungan, kepedulian terhadap bullying dan lain sebagainya.”
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Miko Kamal dan tim dari DPC Peradi Padang yang sudah bersedia datang ke SMA Pertiwi 2 Padang memberikan penyuluhan hukum. Penyuluhan hukum hari ini insyaallah sangat bermanfaat bagi kami. Tidak hanya murid, juga para guru”, lanjut Syafril.
Pada gelaran PGtS Seri ke 29 ini, Miko Kamal lebih menfokuskan bahasan terkait pembangunan peradaban. Miko menyampaikan bahwa banyak orang yang salah pikir terkait pembangunan peradaban. Dipikirnya membangun peradaban identik dengan memulai dari yang besar-besar. Padahal membangun peradaban dimulai dengan membiasakan hal yang kecil-kecil seperti kebersihan lingkungan, berkendara di jalan raya dan hal-hal lainya yang sering dianggap remeh oleh sebagian orang.
“Hal-hal kecil yang dipraktikkan akan jadi bekal terbangunnya peradaban yang tinggi”, kata Miko.
Dalam menyampaikan materi, Miko yang merupakan penyandang gelar doktor hukum bisnis dari Macquarie University Sydney Australia itu mengajukan beragam pertanyaan kepada para peserta: “Siapa yang pernah ke Taplau, Jembatan Siti Nurbaya dan Pasar Raya?”
“Saya,” jawab siswa-siswi sembari mengacungkan tangan.
“Adakah sampah di sana?” tanya Miko lagi.
“Ada, banyak” jawaban mereka serempak.
“Jawaban kalian itu membuktikan bahwa peradaban kita sangat rendah. Bayangkan, sudah 78 tahun Indonesia merdeka, sampah masih berserakan di mana-mana. Peradaban yang rendah dipengaruhi oleh 2 hal. Pertama, pendidikan dasar yang lemah. Kedua, hukum tidak ditegakkan dengan konsisten”, respons Miko.
Selesai acara, salah seorang peserta Ayla ketika ditanya pendapatnya mengatakan: “Penyampaian dari pemateri Peradi sangat bagus dan diterima dengan baik dan antusias oleh kawan-kawan. Kami menjadi lebih sadar dan paham tentang hukum terutama dalam membawa kendaraan dan soal kebersihan.”
“Kita berharap ke depannya kami lebih taat hukum lagi, terutama dibagian kepedulian terhadap sampah,” tambah Ayla.
Acara diakhiri dengan foto bersama antara siswa-siswi SMA Pertiwi 2 Padang, guru-guru dan tim Peradi Cabang Padang. (Red)