Tempat berlindung dari hujan dan panas, sekaligus tempat berkembang adalah kebutuhan dasar semua makhluk hidup. Apalagi pada manusia, tempat yang disebut rumah, sekaligus menjadi tempat membangun budaya dan peradaban. Semakin berkembang manusia, semakin bermutu rumah yang mereka bangun. Berbeda dengan binatang, rumah mereka adalah sarang, dibikin sesuai insting.
EkspresNews.com – Bagi masyarakat perkotaan yang umumnya perantau, ternyata setelah beroleh impian memiliki rumah, muncul kebutuhan akan lingkungan yang baik. Azwar dan Mukono (dalam Keman 2005:30) rumah selain tempat berlindung, dan menyimpan barang berharga, tapi juga status dari lambang sosial. Itulah yang dialami Rin, adik saya. Dimana setiap tiba hari Ahad, dia sudah bergegas ke lapangan senam. Tujuannya satu perumahan di pinggir jalan Depok-Parung, tepatnya Pengasinan Raya namanya.
Ia sendiri sudah sepuluh tahun terakhir tinggal di satu perumahan di Sawangan. Perumahannya sebenarnya cukup dikenal, Bunga Sekuntum 1 (bukan nama sebenarnya) komplek ia tinggal, dan ada lagi Bunga Sekuntum 2, yang lebih luas di lokasi masuk ke dalam arah jalan alternatif ke Bogor dari Pengasinan.
Dari BS 1, begitu ia menyebut kompleks perumahannya itu, ia berangkat senam pukul 06.30. Dengan sepeda motor, ia meluncur sendiri ke tempat senam tersebut. Bila pulang pukul 09.00 dari senam tersebut, ia tampak lelah. Keringat bercururan nampak dari punggungnya yang basah. Ia tentu lelah. Tapi semangat baru muncul bila setiap pekan, ia sudah berolahraga. Di rumahnya tipe RSS tipe 27 dengan luas tanah tak lebih 60 meter persegi, ia tampak gembira. Padahal, dalam dua tahun terakhir, rumah itu makin terasa sempit.
Soalnya, sudah ada Akbar, berusia 5 tahun, dan Hanif, 2 tahun, dua anaknya yang membuat rumah kian ramai, sekaligus sesak. Soalnya oksigen terbatas di semua perumahan. Apalagi jendela hanya ada depan menghadap ke jalan. Di samping kiri dan kanan tidak ada ruang udara masuk (ventilasi). Untungnya di belakang, masih ada lobang angin ukuran kecil, sepanjang tetangga dibalik rumah itu belum membangun rumah. Bila mereka membangun juga, dipastikan angin masuk ke kamar mandi dan dapur di belakang itu juga akan ditutup.
Jadi di perumahan yang sederhana (RSS), relevan dengan pameo SS-nya sangat sempit, udara dan angin yang berhembus ke dalam rumah pun terasa makin mahal. Bila musim kemarau tiba, siang hari yang terik, panasnya serasa membakar setiap jengkal tubuh. Di saat situasi itulah, berolahraga sekali sepekan, bagai wajib ia lakukan.
Kemanakah lapangan olahraga favorit yang ia tuju? Seakan rutin tiap pekan, kecuali bila sedang tugas di luar kota, ia berada di lapangan olahraga Telaga Golf Sawangan (TGS). TGS yang berlokasi di Depok Jabar, adalah salah satu dari proyek perumahan Sinar Mas Group dikembangkan PT Cisadane Perdana. Selain dekat dengan rumahnya di BS 1, di sana juga tinggal, Dian, teman sekantor di Depertemen Pertanian. Namun bukan warga komplek TGS saja yang ramai ke sana. Masyarakat sekitar menjadikan hari libur tersebut sebagai tempat berkumpul, juga bersosialisasi.
Tak heran bila secara bertahap, maksudnya berjalan bagaimana adanya, tempat tersebut sudah menjadi pasar kaget. Istilah yang banyak dipakai di berbagai lokasi di Jakarta, dimana pedagang ‘jemput bola’ mendatangi tempat tempat warga berkumpul. Lantas, terkait dengan lokasi olahraga yang luas, jalan yang bersih dan menyenangkan, pepohonan yang tumbuh teratur dan rimbun, tanah yang tertata datarannya (landscape), mengundang banyak warga untuk berjualan di sela-sela olahraga pagi.
Pada jamaknya pedagang yang datang berjualan makanan dan minuman. Lontong, sate padang, ketoprak, gorengan, air minum kemasan, jus, dan lain lain. Lalu berkembang terus orang menjual pakaian, alat rumah tangga, asesoris, dan sedikit buah serta sayuran. Kadang kala terdapat pula yang mengiklankan mobil, dengan cara menempel tulisan di kaca belakang: “Dijual: Hub 08xx xxx xxxx,” nomor telpon pemilik.
Potensi menjadi perumahan yang nyaman dapat dikatakan tersedia dan dimiliki oleh seluruh perumahan yang ada di Sawangan dan Citayam. Pasalnya, daerah ini merupakan hamparan lahan pertanian yang luas dengan alam yang sejuk. Akan tetapi tidak mudah menemukan perumahan yang benar-benar nyaman, melebihi sekadar memiliki rumah tempat tinggal. Seperti dialami Rin.
Begitu banyaknya tumbuh perumahan dari Sawangan sampai ke arah Parung di Barat, atau ke arah Citayam di selatan, mengapa tidak banyak ditemui perumahan menjadi pusat-pusat pertumbuhan kegiatan sosial warga? Bukankah Rin, adik saya, juga tinggal dikomplek yang luas malah sebagian lahannya belum dibangun. Mengapa ia betah tiap pekan ke TGS?
Seperti TGS, pemukiman-pemukiman Sinar Mas Group berhasil menjadi pemukiman yang nyaman. Bukti nyata adalah berkumpulnya penduduk dari berbagai lapisan pada hari libur tersebut. Bila perumahan diminati dan menjadi tempat bermain dapat dikatakan harga rumah aka meningkat terus dan cocok menjadi lahan investasi. Dari laman Sinar Mas Land disebutkan : Bumi Serpong Damai (BSD) saja, dulu adalah lahan terlantar yang berhasil disulap menjadi kota baru.
Sebagai perbandingan di arah Depok ada Komplek M yang berdampingan dengan mall yang besar dan luas sampai ke belakangnya. Di Citayam banyak sekali komplek, termasuk komplek-komplek baru, namun tidak terdapat ruang untuk orang berkumpul, dan bersosialisasi. Kecuali di Komplek Atsiri, Perumahan Pertanian, yang relatif lebih baik, karena tersedia lapangan bola di tengahnya. Akan tetapi, komplek TGS menjadi tujuan bermain adik saya dan keluarga, berbeda.
Bedanya terletak pada suasana yang dihadirkan saat berada di dalamnya. Menurut Siregar, dan Saratri (dalam Sudarwanto, 2014:105) adanya kesenjangan antara pembangunan perkotaan dan perumahan disebabkan tidak adanya komitmen dan keberpihakan pada pembangunan itu sendiri. Akibatnya terjadi penurunan kualitas lingkungan.
Keunggulan
Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat (lihat Ditjen Cipta Karya, 1997). Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002).
Terkait dengan itu, ada fakta-fakta menjadikan proyek Sinar Mas Group menjadi unggul. Keunggulan itu disebut sebagai perumahan berkelanjutan yang dapat disigi atas fakta-fakta di bawah ini.
Pertama, Inovasi adalah kunci dari pertumbuhan yang besar selama hampir 40 tahun sejak proyek pertamanya, 1988, Tidak seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan kemampuan manusia membangun dan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana mendorong berinovasi adalah syarata yang mutlak.
Sinar Mas Group telah menjadi permukiman baru yang layak dan nyaman. Itu terbukti dari perkembangan harga rumahnya yang terus naik, sehingga menjadi pilihan untuk berinvestasi. Kapitalisasi pasar (market cap) yang melebihi US$2 miliar. Sesuai pula dengan visinya menjadi perumahan terkemuka di Asia Tenggara, dipercaya konsumen, karyawan, masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders)
Kedua, prosentase memadai antara lahan yang terpakai dan lahan yang tersedia/kosong. Kedua, penataan masih layak dan nyaman dihuni untuk jangka panjang kendati pertumbuhan penduduk makin pesat. TGS bahkan memiliki system cadangan air dilengkapi ruang untuk mengembangbiakan tanaman langka, bunga-bunga, serta keaneka-ragaman hayati. Perumahan salah satunya ini mendapat penghargaan Best Construction (2009) sebagai rumah alami dan harmoni dengan alam. Tahun 2010 juga beroleh CSR Green Award.
Ketiga, sarana dan prasarana yang tersedia dalam kompleks perumahan yang memadai. Fasilitas umum dan sosial berjarak 1-3 km. seperti rumah sakit, sekolah, pasar modern dan pasar tradisional, serta masjid. Bahkan di masa yang akan datang disyaratkan pula dekat dengan universitas.
Keempat, masyarakat terlindung dari praktik kecurangan, monopoli dan praktik penguasaan tanah yang merugikan. Sebagai perusahaan terpercaya hal ini penting karena banyak pula masyarakat yang mengidamkan rumah, malah merugi karena mereka masuk ke jaringan pengembang yang mengecewakan.
Kelima, perumahan juga menerapkan prinsip ekologi, dimana orang menjadi nyaman karena alami oleh pohon rindang, aliran air di lingkungan hijau dan segar. Di sini tersedia tidak sekadar lingkungan tempat tinggal, tapi juga prasarana lingkungan dasar penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, sehingga lingkungan pemukiman berfungsi optimal untuk kenyamanan warga. Bahkan, sebagai makhluk sosial, terselenggara pula kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Terlihat dari fasilitas taman bermain, lapangan olahraga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya. (Andi Mulya)