PADANG, EKSPRESNEWS.COM – Ketua Peradi Cabang Padang Miko Kamal, PhD didapuk sebagai pembina upacara bendera di Madrasah Aliyah Negeri 3 Padang pada Senin 21 Agustus 2023 yang bertempat di Balai Gadang Koto Tangah Padang.
Tepat pada pukul 7.00 WIB, upacara bendera yang diikuti oleh kepala MAN 3 Afrizal, S.Ag beserta seluruh wakil kepala sekolah, guru-guru dan sekitar 900 orang siswa itu berjalan lancar.
Dalam amanat sebagai pembina upacara, Miko Kamal yang juga ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Besar Alumni SMA Negeri 7 Padang itu menyampaikan bahwa pendidikan sejatinya berorientasi pada pembangunan jiwa.
“Orientasi pembangunan jiwa itu tertulis di dalam lirik lagu kebangsaan kita Indonesia Raya, yaitu diksi Bangunlah Jiwanya yang kemudian diikuti dengan diksi Bangunlah Badannya”, kata Miko Kamal.
“Pilihan penyebutan diksi Bangunlah Jiwanya lebih dulu ketimbang Bangunlah Badannya bermakna bahwa membangun jiwa jauh lebih penting dan bukan pekerjaan mudah. Dengan menyebut diksi Bangunlah Jiwanya lebih dulu, WR Soepratman sebagai pencipta lagu kebangsaan kita hendak menyampaikan pesan kepada kita para penerus bangsa bahwa kita harus serius dalam membangun jiwa”, lanjut Miko.
Lebih lanjut Miko menyampaikan bahwa fakta sosial seperti banyaknya tawuran, sampah berserakan di banyak tempat, jalan raya amburadul, korupsi yang berlangsung masif dan hal-hal buruk lainnya merupakan lampu kuning (peringatan) buat kita semua bahwa upaya membangun jiwa selama ini sedang bermasalah.
“Atas fakta sosial yang ada, semua kita (terutama praktisi pendidikan) mestinya memeriksa lagi apakah praktik dunia pendidikan kita selama ini sudah berorientasi membangun jiwa atau belum. Jangan-jangan selama ini dunia pendidikan kita tidak berada pada track yang benar dalam membangun jiwa”, Miko Kamal.
Menutup amanatnya, Miko Kamal menyampaikan kisah masyhur uang 40 Dirham milik Syech Abdul Kadir Jailani titipan ibunya ketika dalam perjalanan menuntut ilmu ke Baghdad. Kisah ini berisi tentang pentingnya bersikap jujur Dalam kisah itu diceritakan, Syech Abdul Kadir Jailani menyerahkan uang 40 Dirham miliknya kepada kepala perampok yang merampok rombongannya karena pesan ibunya untuk selalu jujur dalam situasi dan kondisi apapun. Atas kejujuran itu, kepala perampok beserta anak buahnya bertobat dan berjanji untuk tidak merampok lagi.
“Pesan moral dari kisah Syech Abdul Kadir Jailani adalah kejujuran tidak hanya mata uang yang berlaku di mana-mana, tapi kejujuran juga bisa membuat perubahan: kepala perampok dan anak buahnya berada di jalan yang sesat, berubah menjadi orang baik”, tutup Miko. (Red)