EkspresNews.com – Dunia kian dikuasai oleh media sosial (medsos), baik dalam hal berkomunikasi antar sesama manusia maupun dalam hal mencari berita atau kabar yang diinginkan. Sayangnya, medsos seringkali menjadi tempat memperoleh informasi yang tidak akurat, tidak valid bahkan berita-berita bohong atau hoax. Namun sayangnya, karakteristik masyarakat kita justru paling cepat percaya dan merespons semua kabar, termasuk berita hoax.
Apalagi, informasi hoax tersebut sedang viral atau heboh dijagad maya. Hoax telah menjadi bagian tak terpisahkan dari cepatnya laju berita di era digital sekaligus menjadi penyebab munculnya permusuhan, pertikaian, perpecahan, pengambilan keputusan tanpa dalil kebenaran, dan tentunya pembodohan. Media informasi turut memberi andil dalam penyebaran hoax. Untuk itu, dituntut tanggung jawab pada semua pengeluaran media agar menyajikan kabar yang benar, kredibel dan tidak menyesatkan pembaca.
Sementara penikmat medsos juga harus belajar membentengi diri untuk tidak terjebak berita palsu dan penggiringan opini dari kabar-kabar hoax. Di sinilah masyarakat kita dituntut untuk cerdas dan senantiasa mengedukasi diri dan keluarganya dengan melihat dan membaca kabar-kabar terpercaya dari media yang bertanggungjawab, serta senantiasa crosscheck setiap kabar yang diterima, baik dari aplikasi pertemanan, maupun situs-situs pemberitaan. Jadilah penyebar berita dan pembaca yang cerdas dan bertanggungjawab.
Ketua Komisi A DPRD Jateng, Muhammad Saleh,ST mengatakan masyarakat mengenal berita hoax akhir-akhir ini sekitar dua tahun khususnya melalui media sosial (medsos), masyarakat dikasih informasi informasi sudah jauh dari kebenarannya. Menurutnya berita yang sifatnya hoax dapat mengurangi kredibilitas seseorang, memberikan kegaduhan yang ingin dimunculkan.
“Dalam penyebaran berita hoax kepada masyarakat ada dua karakter diantaranya dengan target tertentu yang kedua karena ketidaktahuan jadi hanya ikut-ikutan, dia tidak punya target, ia tidak sadar kalau dirinya menyebar berita hoax hanya ingin diakui oleh komunitasnya bahwa penyebar lebih duluan dalam mengshare kepada orang lain,” ujarnya saat menjadi narasumber pada prime topic Dialog bersama Parlemen Jawa Tengah dengan tema Berlindung dari Hoax di ruang Petra Ballroom Hotel Noormans, Semarang, Senin (14/12/2020).
Sementara itu Kabid Infokom Diskominfo Prov.Jateng, Agung Kristyanto mengungkapkan bahwa hoax tumbuh dan berkembang dari segala aspek menjadi suatu penyakit dan banyak berkembang menyebar karena suatu budaya atau kebiasaan masyarakat dalam rangkat kearifan untuk menerima berita bohong. “Dan timbulnya hoax berawal dari budaya yang ada dimasyarakat yang senang menyebarkan dalam arti kata berbagi informasi kepada masyarakat lainnya, mestinya saring sebelum sharing,” papar Agung.
Berita berita hoax itu sendiri tidak terlalu bepengaruh secara spesifik terhadap situasi keamanan di masyarakat Jawa Tengah. “Hoax muncul pada momentum tertentu dan disinilah pihak Kominfo yang meluruskan apakah berita itu hoax atau tidak. Hoax untuk Jawa Tengah sendiri lebih adem ayem, gejalanya tidak sebesar sebesar DKI Jakarta,” tutup Agung.
Pada kesempatan sama Rektor Unika Sugijapranoto, Ridwan Sanjaya menjelaskan bahwa karakter budaya bangsa kita patut disayangkan khususnya dalam bermedia sosial merasa sok pintar, merasa sok cerdas, merasa lebih eksis dari pada lainnya, apabila dalam menyebar informasi pada komunitasnya. “Walaupun sebenarnya, mereka juga tidak paham akan dampak dari informasi yang disebarnya mereka tidak tahu dampak negatifnya informasi yang telah dia sebarkan ke masyarakat,” pungkasnya. (Taufiq)