IHSG Betah di Zona Merah, Trader Tunggu Saran Analis

EkspresNews.com – Minimnya insentif positif ditengah meningkatnya risiko pasar global diprediksi menekan kembali pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu (18/1). Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menjelaskan, saham Wall Street tadi malam bergerak di teritori negatif. Lihat saja, DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 0,3 persen di 19.826,77 dan 2.267,89. “Pasar saham global lebih didominasi isu politik di AS dan Inggris terkait masa depan negara tersebut pasca pelantikan Trump akhir pekan ini dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa,” ungkap David dalam risetnya, dikutip Rabu (18/1) dari laman CNNIndonesia.

Kondisi yang sama terjadi pada perdagangan dalam negeri yang kembali ditutup negatif. IHSG tercatat terkoreksi tipis 3,073 poin (0,06 persen) di 5.266 kemarin. Menurut David, pasar terlihat kurang bergairah menunggu pidato perdana Donald. David memprediksi pergerakan IHSG masih sama seperti kemarin, di mana IHSG bergerak bervariasi dengan sentimen eksternal yang lebih mendominasi. Menurutnya, IHSG akan bergerak dalam rentang support 5.250 dan resisten 5.300.

Di lain sisi, analis senior Binaartha Securities Reza Priyambada memprediksi IHSG berpeluang menguat imbas dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Selain itu, adanya peningkatan rating JP Morgan mengenai saham Indonesia menjadi neutral dari sebelumnya underweight juga menjadi sentimen positif bagi pasar modal.

Ia memprediksi IHSG dapat bergerak dalam rentang support 5.251-5.259 dan resisten 5.280-5.294. Namun, Reza tetap mengingatkan agar pelaku pasar tetap mencermati pergerakan saham dan sentimen yang ada, untuk mengantisipasi jika adanya pelemahan lanjutan.

Trader yang ditemui EkspresNews di kawasan Kuningan, Jakarta, mengatakan akan menunggu analis saham untuk hari ini. Pasalnya, menurut dia, trend zona merah IHSG akan memengaruhi geliat para pemain saham. “Kalau saya sendiri akan menunggu obrolan grup di telegram (aplikasi pesan instan), kalau nanti hasil analisisnya keluar, baru ada keputusan SELL atau HOLD,” ujarnya.

(Ares)

 

 

 

This will close in 8 seconds