Banyak hal yang terucap ketika masyarakat mendengar sebutan polisi. Berbagai opini muncul begitu saja dari berbagai individu ketika mendengar dan mengartikan seperti apa itu polisi. Ada yang beropini positif dan ada juga masyarakat beropini negatif. Pada umumnya setiap opini yang dikeluarkan dari masyarakat hampir sama kecenderungan penilaiannya mengenai polisi. Keadaan ini membuat suatu cakupan luas opini masyarakat dari tadinya hanya mereka rasakan perindividu menjadi sebuah Publik Opinion yang semakin dan bahkan terus berkembang di tengah-tengah masyarakat. Namun sejauh ini, opini yang bermunculan lebih banyak ke arah yang negatif.
EkspresNews.com – Pandangan masyarakat ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai pengalaman yang dirasakaan masing-masing individu masyarakat ketika ia berhadapan langsung dengan pihak kepolisian. Hal ini secara luas dapat dilihat karena adanya beberapa kenyataan perilaku buruk atau menyimpang yang dilakukan oleh oknum-oknum kepolisian. Berbagai pemicu dari berita negatif membuat para masyarakat semakin mengurangi rasa bangga mereka bahwa mengakui pihak kepolisian itu sangat layak untuk dipuji. Banyaknya berita negatif yang bermunculan di media membentuk publik opinion seperti ketidaksukaan serta ketidakpercayaaan masyarakat kepada polisi padahal hanya berlaku pada oknumnya saja.
Polisi harusnya menjadi contoh buat masyarakat. Kalau ada oknum polisi yang memakai obat-obatan terlarang contohnya, bagaimana masyarakatnya tidak menggunakan barang haram tersebut. Tidak hanya itu opini lain yang sudah berkembang polisi ketika ada razia, suka mencari-cari kesalahan dari pengendaranya. Itu dilakukan agar mendapatkan uang masuk, bukan masuk ke kas negara, melainkan masuk kantongnya sendiri. Lagi-lagi ini ulah oknum.
Isu yang bermunculan yang paling heboh berkembang yaitu masuk Polisi butuh biaya besar. Kalau sudah lulus menjadi polisi, maka ia akan mencari lagi duit dengan menganggarkan seragamnya. Ini sering terjadi pada polisi lalu lintas. Lihat saja, ia selalu meraun-raun mencari mangsa di jalanan yang melanggar aturan berlalu lintas. Mending kalau uang dari tilang tersebut masuk ke dalam kas negara, tapi ini malah sebaliknya, yaitu masuk kantong pribadi para oknum tersebut. Yang anehnya, hal ini hanya berani dilakukan pada masyarakat kecil.
Kebanyakan yang kita dengar, polisi selalu menangkap pion saja, sedangkan rajanya sangat jarang sekali berhasil tertangkap. Dalam hal peraturan, ada beberapa peraturan lalu lintas yang dibuat oleh pihak kepolisian. Salah satu peraturan yang dibuat adalah, memakai helm, kaca spion dua, dan lain sebagainya. Tapi peraturan itu hanya untuk masyarakat sipil, kalau untuk pihak kepolisian berlaku juga, tapi hanya 50:50 saja, ini namanya polisi yang buat aturan dan polisi juga yang melanggar.
Dilihat di lapangan, polisi hanya beraninya dengan masyarakat sipil, polisi selalu menyulitkan masyarakat sipil ketika masyarakat tersebut bersalah. Sangat banyak fakta di lapangan ketika seorang polisi menindas masyarakat dengan cara yang halus dan terkadang anarkis. Polisi itu harus ramah tamah terhadap masyarakat, baik masyarakat itu masih muda, anak-anak, remaja, orang miskin, orang kaya, pejabat, masyarakat biasa maupun orang tua.
Tidak semua polisi penyebab jeleknya citra polisi. Hanya beberapa polisi saja, seperti pepatah mengatakan, gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Sudah sepatutnya atasan tertingi dari Polri membenahi ini secepatnya. Pada bulan September tahun ini, nama pihak kepolisian kembali tercoreng. Itu diakibatkan lantaran beredar berita bila satu diantara oknum kepolisian di Sijunjung, Sumatera Barat, yang menendang seorang pengendara sepeda motor, polisi tendang pengendara motor itu hingga tewas, begitulah berita yang terdengar di sosial media baru-baru ini.
Peristiwa itu berjalan saat digelarnya razia pengendara pada hari Senin 25 Juli 2016 lantas. Seseorang warga yang di sebut-sebut bernama Alan Wahyudi (15), tewas sesudah terjatuh akibat polisi yang menendang sepeda motor yang dikendarainya itu lantaran mencoba kabur saat bakal dicheck. Kemudian remaja itu alami luka yang cukup serius hingga akhirnya dia wafat.
Berita polisi yang menendang pengendara motor itu sontak menjadi polemik bagi masyarakat yang mendengar hal tersebut khususnya masyaraka Sijunjung. Hingga momen itu buat para warga meradang. Ratusan orang yang datang dari beberapa desa yakni Negari Mauro, Padang Laweh, Padang Laweh Selatan, serta Tanjung Ampalu bersama-sama mendatangi Mapolres Sijunjung. Mereka meluapkan kekesalan lantaran aksi polisi yang menendang pengendara motor sampai tewas itu. Beberapa warga juga melempari kantor polisi dengan batu dan mereka juga meminta polisi bertanggungjawab atas satu tewasnya masyarakat.
Tindakan beberapa puluh warga ini mereda usai pihak dari kepolisian melepas tembakan peringatan hingga beberapa puluh kali serta menyemprotkan gas air mata ke arah kerumunan warga. Walaupun demikian, ada banyak warga yang mengakibatkan kerusakan pos-pos polisi yang ada di persimpangan, lantaran mereka terasa jengkel pada aksi polisi tendang ingindara hingga tewas. Karena mereka berasumsi bila tingkah laku polisi itu tidak sepantasnya ditangani.
Dengan banyaknya kompleksitas atas berbagai masalah yang terjadi di pihak kepolisian dari bermacam-macam masalah membuat masyarakat semakin menilai pihak kepolisian kurang baik. Malah akan memuat kecendrungan public opinion negatif yang semakin akan parah. Oleh sebab itu perlulah kembali para pihak kepoisian membangun relasi yang baik lagi dimata seluruh masyarakat dengan berbagai cara yang baik. Salah satunya keterbukaan informasi sebenarnya kepada masyarakat agar masyarakat nanti dapat memahami apa sebenarya yang terjadi. Sehingga masyarakat tidak memandang sebelah mata lagi, yaitu lebih percaya kepada media yang memunculkan berita mengenai kesalahan pihak kepolisian atau kesalahan pribadi dari beberapa oknum kepolisian.
Dalam hal ini, seorang humas kepolisian lebih dapat mengklarifikasi isu-isu buruk yang berkembang di tengah masyarakat baik itu yang didapat dari media maupun isu yang didapat dari penyebaran berita mulut ke mulut. Humas juga dapat melakukan pembenaran jikalau memang permasalahn itu benar adanya. Maka dari itu humas dalam pihak kepolisian merupakan pondasi yang harus kuat dahulu ketika dibangun agar nantinya tidak mudah runtuh begitu saja.
Begitu pentingnya fungsi humas dalam kebijakan, penginformasian bahkan pengevaluasian maupun perencanaan di lembaga kepolisian. Humas kepolisian juga dapat mengevaluasi apasaja yang selama ini sudah salah yang berkembang di tengah hingar bingar masyarakat. Jika seorang humas sudah melakukan pengevaluasian maka humas akan dapat mengambil langkah-langkah dalam menangani isu-isu yang sudah terlanjur ada di tengah masyarakat. Tetapi jika seorang humas tidak melakukan sebuah pengevaluasian kembali, maka pihak kepolisian tidak dapat membangun good wiilnya kembali. Jika itu terjadi, bisa jadi masyarakat akan semakin tidak menyukai pihak kepolisian. Semoga ada upaca reformasi kepolisian di tangan Kapolri dan Kapolda disetiap provinsi. Amin.
OKTRI PERMATA LANI
MAHASISWI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI TAHUN 2015 UNIVERSITAS ANDALAS