EkspresNews.com – Kebahagian meliputi seluruh hati penduduk Sawahlunto, ini terlihat dengan banyaknya kegiatan perayaan yang dilakukan oleh pemerintah kota sekaitan dengan momentum hari jadi kota Sawahlunto tepatnya yang ke 131.
Tapi ternyata gemerlap pesta kota itu tidak sepenuhnya dinikmati . Segelintir orang orang berhadapan dengan masalah sosial seperti Para penderita HIV/AIDS yang berada di sawahlunto tentu merasa kekurangan dalam menikmati gemerlap ini, apalagi bagi status yang mereka sandang tersebut beberapa diantaranya sudah dikenali oleh lingkungan ditempat mereka.
Ulang tahun Kota Sawahlunto ke 131 tahun dan Hari HIV/AIDS Internasional 1 Desember 2019. Sawahlunto sebagai salah satu Kota yang ada di Sumatera barat sedang berbahagia dengan diperingatinya hari jadi (1 Desember) yang ke-131 tahun.
Terhitung Sejak tahun 2011 kota Sawahlunto telah mencatat 27 kasus penyandang Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan 17 kematian dan saat ini ada 11 kasus yang bisa dikatakan tidak bernasib baik, menunggu kematian dan stigma negatif masyarakat. Sebelas kasus tersebut terdiri wanita, pria, dan ironis 5 kasus sisanya adalah anak anak.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto dr Al Anshari kepada EkspresNews.com , jumat (29/11) Dialtar GPK Sawahlunto Dengan Penyebaran kasus tersebut menurut Alanshari lagi ada pada 4 Kecamatan.
“Kecamatan Talawi 4 kasus, Kecamatan Barangin 2 kasus, Kecamatan lembah segar 4 kasus, Kecamatan Silungkang 1 kasus”, ucapnya.
Menurutnya, Apakah mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan seperti yang mereka harapkan?
Sementara itu klinik Voluntary Counselling and Testing (VCT) atau bisa diartikan sebagai konseling dan tes HIV sukarela (KTS) tidak ada di Sawahlunto. Karena pembentukan klinik VCT membutuhkan dana yang sangat besar, dan untuk itu Pemerintah Sawahlunto belum sanggup.
Penderita harus didampingi seumur hidup oleh seorang konselor yang melayani pemeriksaan, pemeliharaan kesehatan dan pendampingan psikologi.
“Kita semua tahu bahwa (ODHA) harus mendapatkan pengobatan dan Pendampingan dari seorang konselor seumur hidup mereka. Sementara Sawahlunto tidak memiliki sarana yang memadai, dan kita berharap moment 1 Desember yang juga merupakan Hari AIDS/HIV kedepannya dapat bersanding sebagai moment kelahiran Kota Sekaligus Penyelamatan Warga Kota,” Alanshari Berharap. (Ab1)