EkspresNews.com – Beberapa bulan lalu, sebelum pandemi menyerang. Perjalanan keluar kota bahkan keluar negeri sangat mengasyikan. Beberapa jepret foto bisa dijadikan tambahan untuk sekedar feed di Instagram atau Facebook.
Penulis waktu itu berada di Kota Pelajar Jogja. Melancong sekaligus memenuhi undangan dari salah satu kampus tua disana. Kota yang damai dan penuh dengan ketenangan.
Namun, dibalik ketenangan yang penulis rasakan. Ada geliat hingga kehebohan yang sebenarnya terjadi. Jogja memiliki tingkat perputaran uang yang cukup baik. Bagaimana tidak, jumlah transaksi jual beli di kawasan Malioboro cukup tinggi akibat pelancong yang berdatangan nyaris tanpa henti.
Salah satunya adalah Batik. Iya, karya bangsa yang merupakan warisan budaya ini menjadi titik temu perekonomian di Jogja. Penulis saja beli batik cukup banyak. Ya, wajar lah.
Pandemi ini membawa petaka. Perputaran fulus di Jogja menurun. Lapak-lapak di Malioboro terlihat tutup. Begitu juga penjaja makanan diseberang toko tidak tampak. Musisi jalanan yang bisa dibayar dengan gopay itu pun tak memiliki jadwal show.
Pandemi menyebabkan orang-orang tak berkunjung menikmati secangkir kopi arang di stasiun Tugu. Melupakan bagaimana nikmatnya gudeg Jogja. Entah sampai kapan. Berharap bersama-sama Pandemi ini berakhir dengan cepat. Kembali memulihkan perekonomian dan segurat senyum mbah-mbah penjual sate dipinggir stasiun.
Semoga bumi pertiwi bisa kembali pulih sediakala. Tersenyum membuka lapak-lapak menanti pembeli. Menyambut wisatawan dunia menikmati nikmatnya kota Jogja.
Penulis : Abdi Masa, S.E., M.M