JAKARTA, EKSPRESNEWS.COM – Sosok politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko belakangan jadi sorotan setelah menyatakan dukungannya kepada calon presiden Prabowo Subianto. Jauh sebelum itu, aktivis era Orde Baru tersebut juga pernah ramai diperbincangkan atas rencana besarnya untuk membangun Bukit Algoritma.
Dikutip dari Tempo, pada 2021, Budiman Sudjatmiko menyatakan rencananya untuk membangun Bukit Algoritma yang memiliki konsep mirip Silicon Valley di Amerika Serikat. Peletakan batu pertama pembangunan pusat pengembangan teknologi dan industri 4.0 ini juga telah dilakukan awal Juni 2021 di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat.
Kala itu, ia mengatakan, pengerjaan proyek Bukit Algoritma akan dikerjakan dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Setelah dua tahun berselang, bagaimana nasib Bukit Algoritma yang kerap dibangga-banggakan oleh Budiman Sudjatmiko itu? Serta seperti apa profil bukit Algoritma? Simak informasinya di bawah ini.
Profil Bukit Algoritma
Bukit Algoritma adalah pusat pengembangan industri dan teknologi 4.0 yang yang berlokasi di Cikidang, Sukabumi. Proyek Bukit Algoritma digagas oleh Budiman Sudjatmiko yang menjabat sebagai Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO. Bukit Algoritma ini dimimpikan akan menjadi kawasan pusat pengembangan inovasi dan teknologi yang mirip dengan Silicon Valley ala Jawa Barat.
Bukit Algoritma digadang-gadang akan menjadi tempat untuk para generasi muda Indonesia bersatu dan bekerja sama untuk mengeluarkan ide-ide brilian, sehingga menghasilkan terobosan dan teknologi unggul. Beberapa terobosan yang dimaksud termasuk komputer kuantum, kecerdasan buatan, kedokteran, dan bioteknologi.
Dalam pembangunannya, Budiman menyebut anggaran pembangunan proyek dengan lima prioritas program riset teknologi itu adalah senilai satu miliar euro atau setara dengan Rp 18 triliun. PT Amarta Karya (AMKA) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang konstruksi pun ditunjuk menjadi mitra infrastruktur pada proyek seluas 888 hektare tersebut. AMKA memiliki tugas membangun area yang sedang diusulkan sebagai kawasan ekonomi khusus atau KEK tersebut.
Selain PT Amarta Karya, terdapat dua perusahaan lain yang turut membangun Bukit Algoritma, diantaranya adalah PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari. Keduanya tercatat sebagai perusahaan swasta yang menjadi inisiator pembangunan Bukit Algoritma.
Bukit Algoritma juga disebut berada di lokasi yang strategis karena memiliki infrastruktur pendukung yang terbilang memadai. Beberapa akses yang bisa dilalui untuk menuju Bukit Algoritma yakni akses Tol Bocimi (Seksi 2 Cibadak), Pelabuhan Laut Pengumpan Regional (PLPR) Wisata dan Perdagangan Pelabuhan Ratu, Bandara Sukabumi Cikembar (yang akan dibangun), serta double track KA Sukabumi.
Pada Rabu, 9 Juni 2021, Budiman bersama koleganya Dhanny Handoko beserta pelaksana proyek meletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya mega proyek ini. Dalam peta pembangunannya, proyek Bukit Algoritma akan dikembangkan dalam tiga fase.
Pembangunan fase pertama ditargetkan selesai selama tiga tahun. Pada fase ini, kontraktor akan menyelesaikan pembangunan pusat sains, theme park, pusat kesehatan, pusat pertanian untuk makanan dan gizi pusat kebugaran, serta plaza inovasi.
Proyek Bukit Algoritma Mangkrak
Namun, usai dilakukan groundbreaking sejak dua tahun lalu, proyek pembangunan Bukit Algoritma kini disebut mangkrak. Bahkan Anggota Komisi VI DPR RI Amin AK menilai, mangkraknya pembangunan proyek Bukit Algoritma berpotensi membebani keuangan negara, meskipun tidak menggunakan APBN.
Hal itu disampaikan Amin AK saat menyoroti keterlibatan BUMN Amarta Karya dalam proyek yang diimpikan menjadi Silicon Valley-nya Indonesia itu. “Saat BUMN mengerjakan mega proyek bernilai triliunan rupiah, biasanya mereka menerbitkan surat utang dengan jaminan pemerintah. Karena keuangan BUMN akan mengalami ‘bleeding’ jika tidak menerbitkan surat utang,” kata Amin AK seperti dikutip dari laman dpr.go.id pada Rabu, 23 Agustus 2023.
Politikus dari Fraksi PKS itu juga menambahkan bahwa untuk mendorong investor swasta agar mau membeli surat utang tersebut, diperlukan jaminan dari pemerintah. Dengan cara ini, sektor swasta akan merasa lebih percaya diri jika ada masalah dalam proyek, karena investasi mereka akan mendapatkan perlindungan melalui jaminan pemerintah.
“Saya khawatir, meskipun proyek Bukit Algoritma sampai saat ini mangkrak, namun investasi sudah dikucurkan. Perlu audit dan investigasi untuk mencegah APBN terseret oleh proyek ini,” kata Amin.
Lebih lanjut, Amin menyatakan bahwa berbagai proyek mangkrak seringkali disebabkan oleh kurangnya perencanaan yang baik. Menurutnya, proyek-proyek tersebut kurang didukung oleh studi kelayakan yang dilakukan secara profesional.
“Sejak awal, Gubernur Ridwan Kamil telah memberikan peringatan tentang kelemahan proyek Bukit Algoritma ini. Namun, peringatan tersebut sayangnya diabaikan,” ujar Amin. (Red)