Anemia Grogoti Remaja NTT

Oleh: Veronika Yunitasari / Staf pada Prodi. Keperawatan Universitas Citra Bangsa Kupang.

EkspresNews.com – Anemia masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang belumtuntas ditangani. Anemia sendiri merupakan suatu keadaan dimana jumlah haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari kadar normal yaitu < 12 g/dl. Secara tidak langsung anemia sudah menjadi penyakit di kalangan remaja, yang tidak pernah disadari oleh kaum remaja dan masyarakat. Anemia sendiri bisa berdampak pada daya pikir dan dayafisik bagi kaum remaja saat ini.

Menurut World Health Organization (WHO) 2013 prevalensi anemia di dunia berkisar 40 – 88%. Sedangkan data hasil Riskesdas. Tahun 2013 prevalensi anemia di Indonesia 21,7% dengan penderita 18,4% pada usia 15 – 24 tahun (kemenkes RI 2014). Prevalensi anemia pada remaja di negara-negara berkembang sebesar 27% sedangkan di negara majus ebesar 6 %. Menurut WHO, apabila prevalensi anemia > 40% termasuk kategori berat, sedang 20 – 39%, ringan 5 – 19,9% dan normal <5 %.

Masalah ini yang mendorong Penulis tertarik untuk berbagi tentang penyakit Anemia dalam menyambut Hari Kesehatan Nasional ke-55 Tanggal 12 Oktober Tahun 2019, agar menjadi perhatians eriusdari berbagai pemangku kepentingan, dan sengaja penulis lebih menitik beratkan pada kalangan remaja karena pada kalangan remaja sangat rentan dialami. Kondisi hari ini masyarakat merasa anemia merupakan penyakit yang tidak terlalu berat, namun sebenarnya salah.

Anemia yang tidak ditangani dengan baik khususnya pada remaja perempuan dapat berdampak jangka panjang bagidirinya dan juga anaknya kelak. Ya, karena perempuan nantinya akan hamil dan memiliki anak serta mengganggu masa kehamilannya dan juga melahirkan anak-anak yang memiliki gangguan kognitif dan stunting.

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dari berbagai hal baik fisik, mental, sosial dan emosional. Masa remaja juga merupakan masa di mana pertumbuhan terjadi dengan cepat, sehingga kebutuhan gizi pada masa ini pun ikut meningkat. Salah satu gizi yang di butuhkan adalah zatbesi.

Perempuan membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Tabel Angka KecukupanGizi (AKG) 26 mg pada usia 13 – 29 tahun. Di sisi lain, remaja sendiri masih dalam proses mencari identitas diri sehingga seringkali mudah tergiur oleh moderisasi dan teknologi. Dimana pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja menyebabkan terjadinya banyak perubahan dalam kehidupan remaja termasuk ragam gaya hidup dan perilaku konsumsi remaja.

Adapun faltor risiko yang dapat menyebabkan anemia pada remajaa disebabkan pola hidup misalnya, ketidak cukupan asupan makanan kaya zat besi atau makanan sumber vitamin C, melakukan diet yang membatasi asupan kalori, sering melewatkan waktu makan, suka melakukan olahraga yang berat dan kehilangan banyak darah saat menstruasi. Inilah masalah pada remaja saat ini yang tidak terpikirkan oleh kita. Dimana kita tahu bahwa remaja saat ini sangat membutuhkan nutrisi dan vitamin selain dari kepedulian terhadap pendidikan.

Orang tua hanya berfokus pada tingkat pendidikan remaja saja. Dampak dari anemia mungkin tidak dapat langsung terlihat, tetapi dapat berlangsung lama dan mempengaruhi kehidupan remaja selanjutnya. Adapun dampak lainnya dari anemia adalah terganggunya pertumbuhan dan perkembangan, kelelahan, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi karena system kekebalan tubuh yang menurun, menurunkan fungsi dan dayatahan tubuh, dan terganggunya fungsi kognitif. Tema yang diangkat oleh penulis, bisa menunjukan bahwa masyarakat atau orang tua saat ini tidak pernah berpikir bahwa remaja merekalah yang menjadi penerus generasi baru ke depannya.

Di hari kesehatan nasionalini, penulis mau mengingatkan bahwa remaja ini membutuhkan pendamping dalam halnutrisi. Mereka juga membutuhkan pantauan oleh dinas pemangku kepentingan misalnya dinas kesehatan dengan cara program pemeriksaan langsung terhadap remaja 6 bulan sekali serta memberi seminar pada remaja dan masyarakat.

Dimana masyarakat saat ini, khususnya di provinsi NTT dipandang kurangnya pengetahuan dan kepeduli pada kesehatan remaja, yang mengganggap mereka sudah layak dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri. Padahal remaja kita sangat membutuhkan pendamping di saat mereka belajar dan mencari jati diri.

Kurangnya pengetahuan dari kaum remaja yang melupakan bahwa mereka harus adanya bantuan dari sisi nutrisi serta istirahat yang cukup karena itu bisa membuat remaja terhindardari penyakit anemia. Dari sekian ribu,remaja yang ada di NTT tidak pernah membayangkan bahwa mereka sudah terserang penyakit anemia. Kita tahu sendiri bahwa anemia merupakan masalah kesehatan yang besar dan butuh kepedulian.

Contoh kasus terbaru dialami oleh penulis sendiri, dalam rangka hari kesehatan nasional, berbagi kegiatan diselengarakan oleh Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang yang salah satu kegiatannya bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kupang menyelengarakan donor darah diikuti oleh civitas akademika universitas citra bangsa, dengan jumlah 200 orang yang mendaftar, namun dibolehkan atau layak mengikuti donor darah 84 orang dan tidak bisa mengikuti donor darah 75 orang, sisanya tidakhadir.

Sudah sangat jelas bagaimana tindakan orang tua, institusi pendidikan dan pemerintahan dalam menghadapi kasus anemia pada remajaperlu ditangani secara serius. Kasus yang lain juga sama di mana saat ini remaja lebih senang mengkonsumsi makanan cepat saji seperti mie instan. Padahal kita mengetahui kandungan mie instan sangat tidak baik bagi kesehatan remaja kita yang sedang tumbuh dan berkembang dengan cepat.

Selain itu makanan cepat saji adapun diet yang ketat yang tidak pernah disadari oleh para remaja sertahanya berpikir agar selalu berpenampilan menarik. Kasus – kasus ini sering terjadi di kalangan masyarakat khususnya para remaja yang belum sadarakan kesehatan mereka. Secara tidak langsung kita bisa melihat presentasi anemia pada remaja sudah termasuk tinggi yang bisa mengakibatkan prestasi pendidikan bagikaum remaja.

Bagaimana dengan nutrisi yang didapat bagi kaumremaja? Kita tahu bahwa di NTT, khususnya kota kupang yang memiliki iklim yang kering tetapi kandungan tanahnya adalah basa, itu tandanya bahwa tanah di NTT sangat bagus dan tidak mempengaruhi kualitas makanan yang ada. Untuk mencegah anemia pada remaja, penulis ingin berbagi solusi seperti mengurangi aktifitas diet yang ketat, mengkonsumsi makanan yang bergizi ( daging merah, telur, kacang-kacang ), mengkonsumsi vit C dan zat besi 1 x seminggu, menghindari konsumsi the atau kopi yang berlebihan dan menghindari tidur larut malam. Anemia sendirimerupakan penyakit yang mudah untuk di obati jika anda segera memenuhi kebutuhan zat besi.

Oleh karena itu, kurangnya pengetahuan oleh kaum remaja dan masyarakat yang membuat penyakit anemia terus berkembang dan tidak pernah disadari oleh kita. Dari pemangkuk epentingan sendiri, kurangnya pendekatan secara langsung keinstitusi pendidikan dalam program mengatasi anemia pada remaja. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagipemerintah dan masyarakat dalam mengatasi penyakit anemiayang terus mengerogoti remaja saat ini.

Di Hari Kesehatan Nasional yang ke- 55 tahun 2019, berharap bagi kaum remaja agar terbebas dari penyakit anemia yang saat ini merajalela di kalangan remaja. Selain masalah kesehatan stunting di NTT, anemia juga termasuk masalah yang sangat besar dan sangat berpengaruh pada kelangsungan kehidupan manusia khususnya masa remaja yang mana menghasil Generasi Sehat Indonesia Unggul. Terim Kasih Salam Sehat. (*)